“Aku tak ingin mendengar kata-katamu. Enyalah jika engkau tetap memeluk agama itu!” Sang prabu bangkit sambil menunjuk –nunjuk anaknya.
“Tidak, Ayah! Anandaingin mengajak Ayah memeluk agam Islam. Dewa yang kita sembah selama ini Tuhan ciptaan manusia. Tuhan sesungguhnya adalah Allah, pencipta langit dan bumi.”
“Kau telah menghina agama nenek moyangmu! Pergilah1 Aku mengusirmu dari keraton, bahkan dari negeri Pajajaran!” suara Sang Prabu semakin meledak makin geram.
“Baiklah, Ayah! Tapi ananda tidak akan pergi dari Pajajaran, sebelum rakyat memeluk agama Islam!” jawab Kian Santang lalu memohon pamit pada ayahnya.
Negeri Pajajaran segera terguncang. Berita agam baru yang dibawa Kian Santang telah menyebar kesluruh penjjuru negeri. Tidak sedikit diantaranya rakyat yang merasa penasaran, lalu diam-diam memeluk agama Islam.
Dalam waktu singkat, hampir seluruh rakyat menjadi pengikut Kian Santang. Hanya para pengikut setia Prabu Siliwangi yang masih memeluk agam nenek moyamg mereka. Dalam keadaan yang makin memanas, terjadilah hura-hura. Perangn antara pengikut Kian Santang dan pengikut setia ayahnya, Prabu Siliwangi.
Karena dengan kekuatan yang tidak seimbang, Prabu Siliwangi yang hanya diikuti 40 orang prajurit, melarikan diri dari keraton. Pengejaran segera dilakukan. Pasukan Prabu bergerak menghindar kearah barat, sehungga sampai di Ujungkulon. Ditemat inilah mereka terkepung.
Konon menurut cerita, dalam keadaan terdesak, Prabu Siliwangi ngahiang, menghilang tanpa jejak disuatu temat di Ujungkulon. Tempat ngahiang tersebut kini dikenal dengan sebutan Sanghiyang Sirah. Sementara pengikutnya berjumlah 40 orang berganti wujud menjadi harimau. Itulah sebabnya, hingga kini di Ujungkulon jumlah harimau konon tetap berjumlah 40 ekor.***
“Tidak, Ayah! Anandaingin mengajak Ayah memeluk agam Islam. Dewa yang kita sembah selama ini Tuhan ciptaan manusia. Tuhan sesungguhnya adalah Allah, pencipta langit dan bumi.”
“Kau telah menghina agama nenek moyangmu! Pergilah1 Aku mengusirmu dari keraton, bahkan dari negeri Pajajaran!” suara Sang Prabu semakin meledak makin geram.
“Baiklah, Ayah! Tapi ananda tidak akan pergi dari Pajajaran, sebelum rakyat memeluk agama Islam!” jawab Kian Santang lalu memohon pamit pada ayahnya.
Negeri Pajajaran segera terguncang. Berita agam baru yang dibawa Kian Santang telah menyebar kesluruh penjjuru negeri. Tidak sedikit diantaranya rakyat yang merasa penasaran, lalu diam-diam memeluk agama Islam.
Dalam waktu singkat, hampir seluruh rakyat menjadi pengikut Kian Santang. Hanya para pengikut setia Prabu Siliwangi yang masih memeluk agam nenek moyamg mereka. Dalam keadaan yang makin memanas, terjadilah hura-hura. Perangn antara pengikut Kian Santang dan pengikut setia ayahnya, Prabu Siliwangi.
Karena dengan kekuatan yang tidak seimbang, Prabu Siliwangi yang hanya diikuti 40 orang prajurit, melarikan diri dari keraton. Pengejaran segera dilakukan. Pasukan Prabu bergerak menghindar kearah barat, sehungga sampai di Ujungkulon. Ditemat inilah mereka terkepung.
Konon menurut cerita, dalam keadaan terdesak, Prabu Siliwangi ngahiang, menghilang tanpa jejak disuatu temat di Ujungkulon. Tempat ngahiang tersebut kini dikenal dengan sebutan Sanghiyang Sirah. Sementara pengikutnya berjumlah 40 orang berganti wujud menjadi harimau. Itulah sebabnya, hingga kini di Ujungkulon jumlah harimau konon tetap berjumlah 40 ekor.***
TAMAT
"Wa Allahu A'lamu Bis'sawab"
"Wa Allahu A'lamu Bis'sawab"