Blogger templates

Selamat Datang di Blog Omatix Pecinta Merah Putih
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Pages

KIAN SANTANG (PART 5)

Pada suatu saat Kian Santang menceritakan pengalamanya kepada Baginda Ali. Dan bertanya tentang tujuh suara yang didengarnya didalam perjalanan.

“Manusia memiliki tujuh lubang hawa nafsu. Dialah yang setiap saat menarik-narik kita untuk berbuat dosa, ketujuh lobang itu adalah mata, hidung, mulut, telinga, tangan, kaki, dan hati,“ Baginda Ali menjelaskan.

Kian santang mengangguk-angguk, meresapi penjelasan tersebut. Demikian Kian Santang menanyakan berbagai persoalan, dan teranglah hatinya manakala satu persoalan telah dibahas oleh Baginda Ali.**

Pada suatu hari, ketika Kian Santang telah merasa cukup berguru, dia permisi mohon pamit untuk kembali ketanah Jawa. Baginda Ali membekali dua macam barang. Yakni kitab Al-Quran dan sebuah untaian tasbih. Baginda Ali pun memberi wasiat bahwa kian santang harus menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.

Dengan ijin Allah, setelah membaca basmallah dan memejamkan mata, Kian Santang telah sampai di tanah Jawa, dinegrinya yakni Kerajaan Pajajaran.

Ayahanda, Prabu Siliwangi tentu saja amat gembira melihat kedatangan putra tercintanya. Kian Santang disambut dengan suka cita, bahkan diadakan pesta meriah. Berbagai makanan dihidangkan. Bermacam kesenian ditabuhkan. Kian Santang tidaklah setuju dengan penyambutan seperti ini. Tapi dia tidak bisa mencegah kehendak ayahandanya. Dia khawatir ayahnya akan tersinggung dan luapan kegembiraannya terganggu.

Ketika pesta berakhir, Kian Santang di panggil ayahnya.

“Berceritalah anakku, apa yang engkau bawa dari negeri Mekah? Apakah engkau berhsil bertemu dengan Baginda Ali?” tanya Perabu Siliwangi.

“Alhamdulillah, Ayah! Ananda membawa mutiara yang tak ternilai harganya,”jawab Kian Santang.

“Mutiara! Mutiara apakah gerangan? Dan mengapa kata-katamu menjadi aneh?” Sang perabu tampak keheranan.

“Inilah mutiara yang kumaksud, Ayah! ”jawab Kian Santang seraya menyondorkan Al-qur’an.

“Kitab apakah ini?” Sang perabu semakin penasaran.

“Ananda telah memeluk agama Islam, Ayah. Inilah kitab Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat Allah, petunjuk untuk mencapai ketenangan dunia dan akhirat,” jawab Kian Santang dengan penuh keyakinan.

Seketika muka Sang Prabu merah padam. Dia menjadi murka mengetahui anakknya telah berpindah agama.

“Aku merestuimu bukan untuk menjadi orang sesat seperti ini!’ bentaknya penuh kemarahan.” Bukanya kepergianmu untuk mencari kesaktian?”.

“Kesaktian diri tidak terletak pada kedigjayaan yang kita miliki, Ayah. Manusia adalah makhluk lemah dan hina, hanya Allah pemilik segala kekuatan.” Kian Santang tetap bersikap tenang.

Klik PART 6 untuk melanjutkan cerita KIAN SANTANG

Comments :

0 komentar to “KIAN SANTANG (PART 5)”

Posting Komentar

 

Blogroll

free counters Locations of visitors to this page

>>KAWANKU BLOGKU