Blogger templates

Selamat Datang di Blog Omatix Pecinta Merah Putih
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Pages

KIAN SANTANG (PART 3)

“Baginda Ali tidak memiliki kesaktian apapun!” kata suar yang lain.
Kian Santang menoleh kearah bawah.

“Sia-sialah engkau pergi kenegeri Mekah. Kembalilah sebelum engkau menyesal!” kata suara yang lain.

Kian Santang menoleh kearah dirinya sendiri.

Tak ada siapapun yang dia lihat. Hanya ombak bergelombang da hamparan laut yang luas membiru disekelilingnya. Suara siapakah gerangan? Mungkinkah suara Dewa? Benarkah aku ynag paling sakti di dunia?

Kian Santang dimasuki kegemangan. Langkahnya terhenti sesaat. Pikiranya mulai ragu, apakah dia akan melanjutkan perjalannya atau harus kembali kenegerinya. Tapi secepat itu dia ingat nasihat Resi Guru, bahwa suara-suara itu godaan terhadap keteguhan niatnya. Maka tenaglah kembali pikiran Kian Santang. Ia kembali melanjutkan perjalanan.

Tibalah di negeri Mekah.

Orang yang pertama dijumpai adalah seorang kakek tua yang sedang berteduh dibawah pohon kurma, di padang pasir. Pakainnya amat sederhana, mengenakan baju gamis Arab yang agak kumal. Tetapi kakek itu nampak tenang. Kumis dan janggutnya telah memutih seluruhnya. Tanganya memegang sebuah untaian tasbih, sementara bibirnya tak henti bergerak-gerak, entah sedang membaca apa.

Bertanyalah Kian Santang kepadanya:
“Kek, dimanakah tempat tinggal Baginda Ali?”

Kakek itu tidak segera menjawab. Diperhatikannya Kian Santang baik-baik.

“Siapakah engkau, Nak?” tanya serayu mengerutkan dahi.

“Aku Kian Santang dari Tanah Jawa. Aku ingin mengadu kesaktian dengan Baginda Ali!” jawab Kian Santang yakin.

“Oh…! Mari ikut aku!” kata kakek itu sambil beranjak.

Mereka lalu pergi dari tempat itu. Tetapi baru beberapa saat aja, kakek tua itu menoleh kebelakang.

”Oh tongkatku ketinggalan, Nak. Bisakah engkau mengambilnya?”

Kian Santang mengangguk, lalu kembali ketempat tadi. Dilihatnya tongkat itu menancap ditanah, didekat pohon kurma. Kian Santang mengambilnya. Tapi tongkat itu tidak tercabut. Kian Santang mengerahkan tenaganya. Di pegang kuat-kuat dan di cabutnya dengan seluruh kekuatan. Tongat itu tidak terangkat sedikitpun. Kian Santang mulai berkeringat. Dicobanya kembali mencabut tongkat itu. Kini ia membacakan mantra dan jampi-jampi kesaktianya. Tapi bukan tongkat yang tercabut, bahkan kakinya yang amblas kedalam tanah. Makinkeras dia mencabut tongkat, makin dalam kakinya amblas kedalam tanah.

Kian Santang putus asa dan dia merasakan adanya keanehan. Sementara kakek tua berada disampinya. Kini Kian Santang yang memperhatikan baik-baik kakek tua itu. Ditatapnya dari ujung rambut hingga keujung kaki.

Klik PART 4 untuk melanjutkan cerita KIAN SANTANG

Comments :

0 komentar to “KIAN SANTANG (PART 3)”

Posting Komentar

 

Blogroll

free counters Locations of visitors to this page

>>KAWANKU BLOGKU